Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka menguat pada awal perdagangan sesi I Kamis (15/8/2024), di tengah melandainya inflasi konsumen Amerika Serikat (AS) pada periode Juli 2024 dan sudah makin mendekati target dari bank sentral AS.
Pada pembukaan perdagangan hari ini, IHSG dibuka menguat 0,3% ke posisi 7.458. Selang delapan menit setelah dibuka, penguatan IHSG cenderung terpangkas yakni hanya naik tipis 0,09% ke 7.442,78. Meski penguatan cenderung terpangkas, tetapi untuk sementara IHSG kembali mencetak rekor tertinggi barunya pada sesi I hari ini.
Nilai transaksi indeks pada awal sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 715 miliar dengan volume transaksi mencapai 1,3 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 70.459 kali.
IHSG cenderung kembali bergairah setelah data inflasi konsumen AS pada periode Juli 2024 dirilis dan angkanya lebih baik dari ekspektasi pasar sebelumnya.
Indeks harga konsumen (consumer price index/CPI) AS naik moderat pada Juli lalu dan kenaikan inflasi tahunan melambat hingga di bawah 3% untuk pertama kalinya dalam hampir 3,5 tahun terakhir, membuka pintu lebih lebar bagi bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) untuk memangkas suku bunga bulan depan.
Dalam 12 bulan hingga Juli, harga konsumen AS meningkat atau terjadi inflasi 2,9%, pertama di bawah 3% dan kenaikan terkecil sejak Maret 2021. Harga konsumen naik 3,0% secara tahunan pada Juni lalu. Angka ini tentunya lebih baik dari ekspektasi pasar sebelumnya.
Estimasi ekonom untuk indeks harga PCE, tidak termasuk komponen makanan dan energi yang mudah berubah, berkisar antara kenaikan 0,1% hingga 0,18%. Indeks harga inti PCE naik 0,2% pada Juni lalu. Inflasi inti diperkirakan naik 2,6% secara tahunan, sesuai dengan kenaikan Juni 2024.
Data inflasi konsumen melengkapi data inflasi produsen yang ikut melambat. Indeks harga produsen (producer price index/PPI) untuk permintaan akhir naik tipis 0,1% pada periode Juli setelah naik 0,2% tanpa revisi pada Juni, Berdasarkan data dari Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja.
Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan PPI naik 0,2%. Dalam 12 bulan hingga Juli, PPI meningkat 2,2% setelah naik 2,7% pada Juni.
Dengan melandainya inflasi AS, maka pasar semakin optimis bahwa The Fed dapat mulai memangkas suku bunga acuannya pada pertemuan bulan depan.
Pasar keuangan mengantisipasi pemangkasan suku bunga sebesar 25 hingga 50 basis poin pada September, diikuti oleh pemangkasan serupa pada pertemuan November dan Desember.
Berdasarkan perangkat FedWatch, peluang The Fed memangkas suku bunga pada Desember sangat besar. Bahkan lebih besar kemungkinan bank sentral Negeri Paman Sam itu menurunkan suku bunga sebanyak 50 basis poin (bp) menjadi 4,75% – 5,00% sebesar 51,5% dari saat ini 5,25% – 5,50%.
Setelah September, pada dua pertemuan berikutnya pasar meyakini The Fed kembali memangkas suku bunganya. Sebesar 25 bp pada pertemuan November dan 25 bp pada Desember. Sehingga pada akhir tahun suku bunga The Fed berada di 4,25% – 4,50%.
The Fed telah mempertahankan suku bunga acuannya dalam kisaran 5,25% – 5,50% saat ini selama setahun, setelah menaikkannya sebesar 525 bp pada tahun 2022 dan 2023.
SUMBER : CNBC INDONESIA