CAPITAL CORP. SYDNEY

73 Ocean Street, New South Wales 2000, SYDNEY

Contact Person: Callum S Ansell
E: callum.aus@capital.com
P: (02) 8252 5319

WILD KEY CAPITAL

22 Guild Street, NW8 2UP,
LONDON

Contact Person: Matilda O Dunn
E: matilda.uk@capital.com
P: 070 8652 7276

LECHMERE CAPITAL

Genslerstraße 9, Berlin Schöneberg 10829, BERLIN

Contact Person: Thorsten S Kohl
E: thorsten.bl@capital.com
P: 030 62 91 92

Kemarin Loyo, IHSG Dibuka Hijau Hari Ini

Uncategorized

Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada awal perdagangan sesi I Selasa (10/9/2024), setelah pada perdagangan kemarin ditutup di zona merah karena pelaku pasar mulai merealisasikan keuntungannya.

Pada pembukaan perdagangan hari ini, IHSG dibuka menguat 0,56% ke posisi 7.745,67. Selang lima menit setelah dibuka, penguatan IHSG sedikit terpangkas menjadi 0,41% ke 7.734,34.

Nilai transaksi indeks pada awal sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 531 miliar dengan volume transaksi mencapai 718 juta lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 55.061 kali.

IHSG cenderung menguat setelah kemarin bergerak di zona merah karena pelaku pasar mulai melakukan aksi profit taking. Selain itu, pergerakan IHSG pada hari ini masih akan diwarnai oleh sentimen pasar dari global.

Kemarin, data inflasi China pada periode Agustus 2024 resmi dirilis, di mana hasilnya terpantau melandai meski sejatinya inflasi China baik indeks harga konsumen (IHK) maupun indeks harga produsen (IHP) sudah berada di level rendah.

Konsensus yang dihimpun oleh Trading Economics memperkirakan inflasi China pada Agustus akan tumbuh lebih cepat menjadi 0,7% (year-on-year/yoy) dibandingkan bulan sebelumnya tumbuh 0,5% yoy. Sementara inflasi bulanan diperkirakan akan stabil di 0,3% month on month (mom).

Sayangnya, inflasi China tumbuh lebih lambat dari perkiraan pada Agustus, hanya 0,6% yoy. Sementara dalam basis bulanan tumbuh 0,4%.

Seiring dengan inflasi konsumen yang melambat. Indeks harga produsen (PPI) di Tiongkok pada Agustus malah mengalami deflasi 1,8%, lebih dalam dari perkiraan sebesar 1,4% dan bulan sebelumnya 0,8%.

Pada hari ini, pasar akan kembali fokus menanti data neraca dagang China untuk periode Agustus 2024.

Berdasarkan data Trading Economics, neraca dagang China diperkirakan turun pada Agustus 2024 menjadi US$83,9 miliar. Sebelumnya tercatat US$84,65 miliar pada Juli 2024.

Proyeksi neraca dagang Negeri Tirai Bambu tersebut turun akibat tingkat ekspor yang tumbuh melambat menjadi 6,5% yoy pada Agustus, dibandingkan Juli tumbuh lebih ekspansif yakni 7% yoy. Sementara tingkat impor diperkirakan hanya tumbuh 2% yoy dibandingkan Juli 2024 7,2% yoy.

Perlu dicatat, inflasi di China terbilang cukup rendah, dengan kondisi yang melambat tak sesuai ekspektasi, jika ditambah neraca dagang ikut mengalami kondisi yang sama, ini akan semakin menunjukkan ekonomi negeri tirai bambu yang semakin loyo.

Padahal, posisi China merupakan mitra utama perdagangan Indonesia baik ekspor maupun impor. Oleh karena itu, data ekonomi sang Naga Asia ini patut diperhatikan lantaran akan mempengaruhi perdagangan di Tanah Air.

Di lain sisi, pelaku pasar masih mencerna data tenaga kerja AS terbaru yang dirilis pada akhir pekan lalu. Data yang beragam pada pekan lalu, terutama laporan ketenagakerjaan pada Agustus, menyebabkan investor mengurangi ekspektasi bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) akan mengeluarkan pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin (bp) ketika mengadakan pertemuan kebijakan minggu depan.

Namun, pandangan terakhir menurut alat CME FedWatch, pelaku pasar lebih optimis The Fed memangkas suku bunga dengan soft landing sebesar 25 bp dengan peluang 71%. Sisanya, hanya 29% kemungkinan terjadi penurunan sebesar 50 bp.

SUMBER : CNBC INDONESIA