Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah pada perdagangan sesi I Selasa (7/11/2023), di mana investor mulai merealisasikan keuntungannya setelah menguat tiga hari beruntun.
Per pukul 10:10 WIB, IHSG melemah 0,62% ke posisi 6.836,366. IHSG sepertinya gagal untuk mencoba menembus kembali level psikologis 6.900 pada pagi hari ini.
Sekitar 70 menit setelah dibuka, nilai transaksi indeks sudah mencapai sekitaran Rp 2,7 triliun dengan melibatkan 7,9 miliaran saham yang berpindah tangan sebanyak 376.258 kali. Sebanyak 200 saham menguat, 290 saham melemah dan 207 saham stagnan.
Secara sektoral, sektor konsumer non-primer menjadi pemberatnya yakni sebesar 0,81%.
Selain itu, beberapa saham juga memperberat IHSG pada sesi I hari ini. Berikut saham-saham yang menjadi laggard IHSG pada sesi I hari ini.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Telkom Indonesia (Persero) | TLKM | -11,71 | 3.550 | -2,74% |
Bank Mandiri (Persero) | BMRI | -6,88 | 5.875 | -0,84% |
Bank Central Asia | BBCA | -6,59 | 8.950 | -1,10% |
Astra International | ASII | -4,52 | 5.825 | -1,69% |
GoTo Gojek Tokopedia | GOTO | -2,08 | 74 | -2,63% |
Adaro Energy Indonesia | ADRO | -1,84 | 2.470 | -2,37% |
Sumber: Refinitiv & RTI
Saham telekomunikasi berkapitalisasi pasar besar yakni PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menjadi pemberat terbesar IHSG pada sesi I hari ini, yakni mencapai 11,7 indeks poin.
IHSG terkoreksi setelah selama tiga hari beruntun menguat, sehingga investor mulai merealisasikan keuntungannya pada hari ini.
Di lain sisi, investor juga sepertinya mulai menimbang dari rilis data pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III-2023 yang berada di bawah 5%.
Data yang dirilis kemarin oleh Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia melandai dan untuk pertama kalinya sejak kuartal III-2021 berada di bawah 5%.
BPS mengumumkan pertumbuhan ekonomi pada periode itu tumbuh 4,94% secara tahunan (year-on-year/yoy), sedangkan secara kuartalan (quarter-to-quarter/qtq) tumbuh 1,60%, dan secara kumulatif tumbuh 5,05%.
Selain itu, investor juga akan memantau rilis data cadangan devisa (cadev) RI pada Oktober 2023 yang akan dirilis pada hari ini. Cadangan Devisa (cadev) Indonesia pun akan segera diumumkan oleh Bank Indonesia (BI) pagi hari ini dan diproyeksikan masih cukup tinggi.
Sebelumnya, data BI menunjukkan posisi cadangan devisa per akhir September 2023 mencapai US$ 134,9 miliar, turun dari bulan sebelumnya US$ 137,1 miliar.
Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Jumat pekan lalu menjelaskan penurunan cadangan devisa terjadi karena kebutuhan untuk menahan tekanan global.
“Dulu naik sampai US$ 139 miliar cadev saat inflow besar dan ekspor kita besar seperti itu, nah kita gunakan saat tentu saja ada tekanan-tekanan global seperti ini ya wajar itu adalah penurunan,” terangnya.
Sementara menurut konsensus Trading Economics memproyeksikan bahwa cadev Indonesia akan menurun menjadi US$ 133 miliar dan diperkirakan cadev tersebut dipakai salah satunya untuk menstabilkan nilai tukar rupiah yang sempat melemah signifikan khususnya sepanjang Oktober.
Sementara dari global, investor juga akan memantau data Neraca dagang China periode Oktober 2023 yang akan dirilis pada hari ini.
Neraca dagang China September tercatat sebesar US$ 77,71 miliar, dari sebelumnya US$ 82,67 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara konsensus memperkirakan akan terjadi kenaikan neraca dagang China menjadi US$ 81,95 miliar dan semakin memperpanjang tren surplusnya.
Ekspor dari China pun diproyeksikan masih rendah meski mulai ada perbaikan yakni terkontraksi 3,1% yoy dari periode sebelumnya yang kontraksi 6,2% yoy. Begitu pula dengan impor yang masih cukup rendah namun diekspektasikan lebih baik yakni kontraksi 5,4% yoy dari periode sebelumnya kontraksi 6,2% yoy.
Data ini menjadi penting dan perlu mendapat perhatian sebab China merupakan negara tujuan ekspor utama Indonesia.
Maka dari itu, jika ekspor-impor China sudah mengalami perbaikan, maka permintaan terhadap barang dari Indonesia akan mengalami perbaikan pula hingga perekonomian Indonesia pun akan terkerek naik.
SUMBER : CNBC Indonesia