Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,69% ke 6.698,2 pada perdagangan Jumat (8/7/2022).
IHSG melanjutkan penguatan dan berhasil kembali menembus level 6.700 setelah naik 1,03%. Pada 09.10 WIB, IHSG bertengger di 6.720,08.
Pergerakan IHSG juga senada dengan mayoritas bursa utama Asia yang bergerak di zona hijau. Indeks Nikkei Jepang memimpin penguatan dengan apresiasi 1,42%.
Indeks saham AS juga mengalami rebound tajam semalam. Ketiga indeks acuan ditutup melesat lebih dari 1%. Namun indeks Nasdaq Composite memimpin penguatan dengan apresiasi sebesar 2,28%.
Kendati pasar saham AS menguat signifikan, beberapa analis memandang justru pasar saham masih berpotensi anjlok dan masih jauh dari kata bottoming.
Bahkan pasar saham juga dianggap sedang dalam fase bubble dan bersiap untuk pecah ketika likuiditas yang dipompa oleh bank sentral AS the Fed ke sistem keuangan akan ditarik lewat pengetatan moneter.
Potensi resesi yang terjadi di AS juga menjadi kekhawatiran tersendiri bagi pelaku pasar sehingga membuat aset-aset berisiko dihindari.
Semalam yield obligasi pemerintah AS tenor 2 tahun dan 10 tahun mengalami pembalikan atau inversi. Fenomena ini sering dinilai sebagai indikator kuat bahwa ekonomi AS akan melemah atau menuju resesi.
Sebelumnya inversi juga terjadi di bulan April lalu, dan menjadi sinyal kuat akan terjadinya resesi di Amerika Serikat akibat inflasi yang tinggi dan pengetatan moneter agresif.
Tingginya inflasi membuat bank sentral AS (The Fed) sangat agresif dalam menaikkan suku bunga. Seperti diketahui pada bulan lalu The Fed menaikkan suku bunga 75 basis poin menjadi 1,5% – 1,75%.
Kenaikan tersebut menjadi yang terbesar sejak 1994, dan di bulan ini akan kembali menaikkan sekitar 50 – 75 basis poin. Hal itu ditegaskan dalam rilis notula rapat kebijakan moneter The Fed dini hari tadi.
Bahkan, dalam notula tersebut tersurat The Fed bisa mengambil kebijakan lebih agresif lagi jika tekanan inflasi belum mereda.
SUMBER : cnbcindonesia