Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah tipis di 7.196,87 pagi ini, Rabu (21/9/2022). Selang 10 menit, IHSG lanjut terkoreksi 0,23% ke 7.180,24.
Pasar saham AS ditutup ambles pada perdagangan Selasa (20/9) waktu New York karena investor masih waswas menantikan keputusan kebijakan The Fed. Sementara itu, imbal hasil Treasury 10-tahun AS terus meningkat, setelah mencapai level tertinggi dalam satu dekade pada hari Senin (19/9).
Dow Jones Industrial Average ditutup turun 313 poin, atau 1,01%. Sedangkan S&P 500 dan NASDAQ masing-masing melemah 1,13% dan 0,95%. Koreksi Wall Street juga menyebabkan mayoritas bursa Asia dibuka terkoreksi.
Suramnya perdagangan di Wall Street juga terlihat di seluruh sudut pasar di mana dari total 11 sektor di S&P 500, semuanya berakhir di zona merah.
Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) saat ini telah memulai pertemuan September atau pada hari Selasa waktu setempat, di mana para pejabat bank sentral diperkirakan akan mengumumkan kenaikan suku bunga 75 bps pada hari Kamis dini hari waktu Indonesia.
Pasar saham AS telah jatuh dalam beberapa pekan terakhir karena komentar dari Ketua Fed Jerome Powell dan laporan indeks harga konsumen atau inflasi Agustus yang urung mendingin menyebabkan para pedagang dan investor bersiap untuk kenaikan suku bunga ke tingkat yang lebih tinggi sampai inflasi dapat dikendalikan.
Sementara itu di pasar obligasi, imbal hasil terus melonjak ke level tertinggi baru multi-tahun. Imbal hasil Treasury AS 10-tahun naik menjadi 3,573% dari sebelumnya 3,489% pada hari Senin, tertinggi sejak April 2011. Imbal hasil obligasi dua tahun, yang terkait erat dengan ekspektasi kebijakan moneter, terdorong ke 3,975% dari semula 3,946%, tertinggi sejak Oktober 2007.
Pergerakan yang lebih tinggi dalam imbal hasil 10-tahun kemungkinan berkontribusi pada gejolak di pasar ekuitas pada hari Selasa, kata Jack Ablin dari Cresset Capital dilansir CNBC Internasional.
Sementara itu dari dalam negeri BI diperkirakan juga akan ikut menaikkan 7-day reverse repo rate setidaknya 25 bps merespons langkah The Fed di tengah potensi kenaikan inflasi serta pelemahan rupiah.
SUMBER : cnbcindonesia