Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka cenderung bergairah pada perdagangan sesi I Kamis (16/5/2024), melanjutkan penguatannya yang sudah terjadi sejak kemarin.
Pada pembukaan sesi I hari ini, IHSG dibuka menguat 0,51% ke posisi 7.216,09. Selang 18 menit setelah dibuka, penguatan IHSG semakin kencang yakni menjadi 0,85% ke 7.240,76. IHSG pun akhirnya kembali menembus level psikologis 7.200.
Nilai transaksi indeks pada awal sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 1,9 triliun dengan volume transaksi mencapai 3 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 167.325 kali.
IHSG melanjutkan penguatannya pada hari ini, di tengah kabar cenderung sedikit menggembirakan dari Amerika Serikat (AS), di mana kenaikan inflasi konsumen AS pada April 2024 sudah sesuai dengan prediksi pasar sebelumnya.
Inflasi AS sebagai petunjuk terkait kenaikan harga di tingkat konsumen telah dirilis pada Rabu kemarin pukul 19.30 WIB.Inflasi harga konsumen (consumer price index/CPI) AS tercatat 3,4% secara tahunan (year-on-year/yoy)pada April 2024.
Tingkat kenaikan CPI ASsetara dengan perkiraan konsensusTrading Economicssebesar 3,4%. Tingkat inflasi inilebih rendah dibanding periode Maret 2024 sebesar 3,5%.
Secara bulanan, inflasi AS ada di angka 0,3% pada April 2024, atau melandai dibandingkan Maret yag tercatat 0,4%.
Inflasi inti, di luar harga energi dan pangan, melandai ke 3,6% (yoy) pada April 2024, dari 3,8% (yoy) pada Maret 2024. Secara bulanan, inflasi inti melandai ke 0,3% pada April 2024 dari 0,4% pada Maret 2024.
Inflasi inti AS yang tidak termasuk kenaikan harga komoditas dan makanan minuman tercatat sebesar 3,4% secara tahunan setara dengan perkiraan konsensus. Inflasi inti ini lebih rendah dibanding periode Maret 2024 yang tercatat naik 3,8%.
Data ekonomi terkini di AS memberikan gambaran yang menguntungkan untuk potensi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Dengan CPI naik lebih rendah pada April lalu dan penjualan ritel tetap datar,menjadi sinyal The Fed mungkin akan memulai siklus pelonggaran untuk mendukung ekonomi.
Perlambatan inflasi dan stagnasi penjualan ritel menandakan perlambatan dalam permintaan domestik, yang sejalan dengan tujuan Fed untuk mencapai “soft-landing” bagi ekonomi.
Ekonom memperkirakan tekanan inflasi akan mereda dalam kuartal mendatang, secara bertahap mendekati target 2% dari Fed. Ketua Fed Jerome Powell menyatakan keyakinannya bahwa inflasi akan mundur ke tingkat yang menyerupai tahun sebelumnya.
Pasar keuangan merespons positif terhadap outlook ini, dengan probabilitas pemotongan suku bunga di September semakin meningkat.
SUMBER : CNBC INDONESIA