CAPITAL CORP. SYDNEY

73 Ocean Street, New South Wales 2000, SYDNEY

Contact Person: Callum S Ansell
E: callum.aus@capital.com
P: (02) 8252 5319

WILD KEY CAPITAL

22 Guild Street, NW8 2UP,
LONDON

Contact Person: Matilda O Dunn
E: matilda.uk@capital.com
P: 070 8652 7276

LECHMERE CAPITAL

Genslerstraße 9, Berlin Schöneberg 10829, BERLIN

Contact Person: Thorsten S Kohl
E: thorsten.bl@capital.com
P: 030 62 91 92

Jelang Keputusan Suku Bunga BI & The Fed, IHSG Dibuka Bergairah Lagi

Uncategorized

Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali dibuka menguat pada awal perdagangan sesi I Rabu (18/9/2024),jelang keputusan suku bunga Bank Indonesia (BI) pada siang hari ini dan hasil pertemuan bank sentral Amerika Serikat (AS) pada Kamis dini hari waktu Indonesia.

Pada pembukaan perdagangan hari ini, IHSG dibuka menguat 0,43% ke posisi 7.865,49. Selang lima menit setelah dibuka, penguatan IHSG bertambah sedikit yakni menguat 0,53% ke 7.872,93. IHSG makin dekati level psikologis 7.900.

Nilai transaksi indeks pada awal sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 541 miliar dengan volume transaksi mencapai 1,3 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 66.086 kali.

Pergerakan IHSG pada hari ini cenderung akan dipengaruhi oleh keputusan suku bunga terbaru BI dan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed). Adapun keputusan suku bunga BI akan diumumkan pada siang ini sekitar pukul 14:00 WIB dan The Fed akan diumumkan pada Kamis dini hari waktu Indonesia.

Sebelumnya, Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI diselenggarakan pada Selasa kemarin hingga hari ini. Salah satu yang ditunggu adalah kebijakan suku bunga (BI rate) yang diproyeksikan pasar masih akan ditahan di level saat ini meski sudah mulai ada suara untuk BI memangkas suku bunganya.

BI rate terakhir kali dinaikkan pada April 2024 dan ditahan pada pertemuan Mei hingga Agustus di level 6,25% atau empat bulan terakhir.

Konsensus CNBC Indonesia yang dihimpun dari 17 lembaga/institusi mayoritas memproyeksikan bahwa BI masih akan menahan suku bunganya di level 6,25%. Sementara terdapat dua institusi yang memperkirakan BI akan menurunkan suku bunganya sebesar 25 (basis poin/bps) kali ini menjadi 6,00%.

Sebelumnya pada 21 Agustus lalu, BI rate diputuskan tetap di level 6,25%. Suku bunga Deposit Facility sebesar 5,50%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 7,00%.

Head of Equity Research Bahana Sekuritas, Putera Satria Sambijantoro memperkirakan suku bunga BI akan dipangkas sebesar 25 bp pada Rabu ini menjadi 6,0%, diikuti dengan pelonggaran kebijakan kumulatif sebesar 50 bp pada kuartal keempat 2024 untuk membawa suku bunga BI menjadi 5,5% pada akhir tahun.

Sebagai catatan, terakhir kali BI memangkas suku bunga adalah pada Januari 2021 dari 3,75% menjadi 3,50%.

“Kami berpendapat bahwa BI memiliki ruang untuk melonggarkan kebijakan karena beberapa faktor: penurunan harga minyak, deflasi domestik, data global yang lemah khususnya dari China, dan (yang paling penting) potensi kejutan dovish dari Fed AS,” ujar Satria dalam analisanya.

Untuk diketahui, inflasi Indonesia secara tahunan telah berada di level 3% sejak Mei 2024. Pada saat itu, inflasi sudah bergerak ke level 2,84%, dan terus konsisten turun hingga Agustus 2024 bertengger di level 2,12%. Inflasi mendekati kisaran bawah target BI di 3±1%.

Keputusan BI saat ini dan ke depan dipengaruhi oleh kebijakan suku bunga The Fed, yang diperkirakan akan memangkas suku bunga pada pertemuan pekan ini.

Pada Kamis dini hari waktu Indonesia, The Fed akan merilis hasil Federal Open Meeting Committee (FOMC) termasuk suku bunga acuan The Fed dan Summary Economic Projections (SEP) yang berisi dot plot matrix.

Pasar memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga sebesar 25 bp. Sebagai catatan, pemangkasan terakhir yang dilakukan The Fed terjadi pada Maret 2020. Saat itu, suku bunga dipangkas mendekati nol untuk mendukung ekonomi AS selama pandemi COVID-19.

Sebagai catatan, survei CME FedWatch Tool hingga saat ini pelaku pasar berekspektasi bahwa The Fed akan 100% memangkas suku bunga acuannya antara 25 bp atau 50 bp.

Hal ini sangat diharapkan pelaku pasar mengingat data inflasi produsen dan konsumen yang terus melandai, inflasi PCE yang sudah cukup rendah, hingga data ketenagakerjaan AS khususnya laju pengangguran yang tampak cukup tinggi.

SUMBER : CNBC INDONESIA