Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah 0,11% ke level 7.133,5 pada perdagangan pagi hari ini, Rabu (8/6/2022).
Hingga pukul 09.10 WIB, IHSG terpantau semakin melemah dengan koreksi 0,27% di level 7.124. Asing mencatatkan net sell di seluruh pasar Rp 50 miliar pagi ini.
Saham duo bank BUMN yakni BBRI dan BMRI menjadi dua saham paling dilepas asing dengan net sell Rp 46,4 miliar dan Rp 10,8 miliar.
Sementara itu saham paling banyak diborong asing pagi ini adalah saham BBCA dengan nilai net buy sebesar Rp 33 miliar.
Semalam indeks saham acuan Bursa New York berhasil ditutup di zona hijau. Indeks Dow Jones S&P 500, dan Nasdaq Compositebertambah masing-masing 0,8%, 0,95%, dan 0,94%.
Namun perdagangan di New York berlangsung labil. DJIA dan kawan-kawan sempat masuk zona merah sebelum balik arah jelang akhir perdagangan.
Wall Street terpapar sentimen negatif dari ‘kamar’ sebelah yaitu pasar obligasi. Pada 6 Juni, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS menyentuh di atas 3%, tepatnya 3,0399%. Ini adalah yang tertinggi sejak 6 Mei atau sebulan terakhir.
Tingginyayieldobligasi membuat perhatian investor tersedot ke pasar surat utang. Pasar saham jadi sepi peminat.
Selain itu, kenaikanyieldmenjadi cerminan biaya dana akan semakin mahal. Pada saatnya, suku bunga perbankan akan ikut menyesuaikan.
So, ke depan biaya ekspansi emiten akan semakin tinggi. Laba bakal tergerus, sehingga investor sulit berharap mendapat dividen tinggi.
“Risiko tekanan terhadap pertumbuhan laba emiten semakin tinggi. Kekhawatiran ini yang sedang menyelimuti pasar,” kata Andrea Cicione, Head of Strategy di TS Lombard, seperti dikutip dari Reuters.
Selain itu, pelaku pasar juga masih memasang modewait and see. Akhir pekan ini, data inflasi AS periode Mei akan dirilis.
Konsensus pasar yang dihimpun Reuters memperkirakan inflasi Negeri Paman Sam bulan lalu akan sebesar 8,3%year-on-year(yoy). Tidak berubah dibandingkan bulan sebelumnya, masih bertahan di level tinggi.
Dengan inflasi yang tinggi, maka makin kuat alasan bagi bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) untuk mengetatkan kebijakan moneter secara agresif. Pasar memperkirakan Ketua Jerome ‘Jay’ Powell dan kolega akan menaikkan suku bunga acuan 50 basis poin (bps) pekan depan. Mengutip CME FedWatch, peluang ke arah sana mencapai 97,2%.
Sentimen eksternal memang masih dominan untuk pasar domestik.
SUMBER : cnbcindonesia