Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah 0,14% ke level 7.184,83 pada perdagangan pagi hari ini, Kamis (9/6/2022).
Namun selang tak berapa lama, IHSG berbalik arah menjadi menguat 0,34% dan tembus level 7.218,12 pada 09.03 WIB. Asing net sell tipis Rp 6,6 miliar pagi ini.
Saham TLKM dan BBCA paling banyak dilepas asing dengan net sell Rp 22 miliar dan Rp 11 miliar. Sedangkan saham BBRI dan BMRI paling banyak diborong asing dengan net buy Rp 21 miliar dan Rp 6 miliar.
Semalam tiga indeks saham utama AS terbenam di zona merah. Dow Jones Industrial Average (DJIA), S&P 500, dan Nasdaq Composite melemah masing-masing 0,82%, 1,09%, dan 0,74%.
Koreksi di Wall Street terjadi akibat perlambatan saham-saham teknologi. Maklum, sebelumnya saham-saham ini sudah naik lumayan tinggi.
Selain itu, investor juga mencemaskan perkembangan harga minyak. Pada pukul 00:37 WIB, harga minyak jenis brent berada di US$ 123,87/US$. Melonjak 2,74% dan menjadi yang tertinggi sejak 8 Maret.
Sementara yang jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) harganya US$ 122,65/US$. Melejit 2,71% sekaligus jadi rekor tertinggi juga sejak 8 Maret.
“Investor terus menggaungkan narasi inflasi setiap kali harga energi naik,” ujar Thomas Hayes, Managing Member di Great Hill Capital LLC yang berbasis di New York (AS), seperti dikutip dari Reuters.
Saat harga BBM makin mahal, maka konsumsi tentu akan tergerus. Padahal konsumsi adalah motor utama perekonomian Negeri Adidaya.
Inflasi yang tinggi akibat kenaikan harga komoditas energi maupun pangan masih menjadi momok bagi perekonomian global.
Kenaikan inflasi yang tajam membuat bank sentral agresif naikkan suku bunga yang juga berarti mengerem laju perekonomian.
Sebab kenaikan suku bunga acuan akan ikut mengerek suku bunga di level perbankan, termasuk untuk kredit.
Saat suku bunga kredit perbankan naik, maka biaya ekspansi rumah tangga maupun dunia usaha akan lebih mahal. Ekspansi pun bakal terbatas, sehingga membatasi pertumbuhan ekonomi termasuk perekonomian Ibu Pertiwi.
Oleh karena itu, wajar Bank Dunia merevisi ke bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Untuk 2022, Bank Dunia memperkirakan PDB Indonesia tumbuh 5,1%. Turun tipis 0,1 poin persentase dibandingkan proyeksi Januari.
SUMBER : CNBCINDONESIA