Jakarta, CNBC Indonesia – Mengawali perdagangan pekan ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah 0,28% di level 7.163,17 pada Senin (6/6/2022).
Tercatat pada 09.58 WIB, IHSG lanjut terkoreksi dengan pelemahan 1% di level 7.110,56. Asing masih mencatatkan net buy senilai Rp 38 miliar pagi ini dengan nilai transaksi Rp 4,7 triliun
Beralih ke bursa saham AS, tiga indeks utama melemah pada perdagangan pekan lalu. Secara mingguan, Dow Jones Industrial Average (DJIA) turun 0,94, S&P 500 terkoreksi 1,2%, dan Nasdaq Composite minus 0,98%.
Pada perdagangan akhir pekan, ketiganya melemah signifikan. DJIA, S&P 500, dan Nasdaq ambles masing-masing 1,05%, 1,63%, dan 2,47%.
Koreksi di Wall Street terjadi setelah rilis data ketenagakerjaan terbaru. Departemen Ketenagakerjaan AS mengumumkan perekonomian Negeri Paman Sam menciptakan 390.000 lapangan kerja non-pertanian (non-farm payroll) pada Mei 2022. Ini adalah pencapaian terendah sejak April 2021.
Jadi meski angka perciptaan lapangan kerja relatif rendah, tetapi tetap jauh di atas perkiraan. Artinya, pemulihan ekonomi di Negeri Adidaya masih berada di jalur yang tepat.
Oleh karena itu, pasar menilai bank sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) tetap akan sangat agresif dalam menaikkan suku bunga acuan. Pada akhir 2022, berdasarkan CME FedWatch, pelaku pasar memperkirakan The Fed akan mengerek Federal Funds Rate ke 2,75-3% dengan probabilitas 54,6%. Saat ini suku bunga acuan masih di 0,75-1%.
“Angkanon-farm payrollcukup solid. Data ini menjadi penyokong untuk kenaikan suku bunga pada paruh kedua 2022,” ujar Minh Trang, Senior Currency Trader di Silicon Valley Bank yang berbasis di California (AS), seperti diberitakan Reuters.
Saat suku bunga acuan naik, maka niscaya imbal hasil (yield) obligasi akan ikut terungkit. Pada perdagangan akhir pekan,yieldsurat utang pemerintah AS tenor 10 tahun ditutup di 2,9405%, tertinggi sejak 17 Mei.
Kenaikan yield obligasi pemerintah AS dan koreksi yang tajam di bursa saham Wall Street patut diwaspadai karena dapat memicu efek banjir kiriman yang juga berdampak negatif terhadap aset keuangan domestik terutama saham.
SUMBER : cnbcindonesia