Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau melemah pada perdagangan sesi I Senin (27/2/2023), di mana sudah ada empat saham yang turut membebani IHSG pada pagi hari ini.
Per pukul 10:46 WIB, IHSG melemah 0,31% ke posisi 6.835,09. Hingga hari ini, IHSG masih diperdagangkan di level psikologis 6.800.
Terpantau empat saham berkapitalisasi pasar besar (big cap) utamanya big cap 20 besar menjadi pemberat laju pergerakan indeks pada perdagangan sesi I hari ini. Berikut saham-saham yang menjadi pemberat (laggard) IHSG hari ini.
Emiten | Kode Saham | Indeks Poin | Harga Terakhir | Perubahan Harga |
Telkom Indonesia | TLKM | -13,41 | 3.930 | -2,72% |
Kalbe Farma | KLBF | -5,46 | 2.160 | -4,41% |
Bank Mandiri | BMRI | -2,35 | 10.075 | -0,49% |
GoTo Gojek Tokopedia | GOTO | -1,89 | 119 | -0,83% |
Saham emiten telekomunikasi BUMN yakni PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM) menjadi pemberat terbesar IHSG pada perdagangan sesi I hari ini yakni mencapai 13,4 indeks poin.
Sedangkan di posisi kedua, ada saham emiten farmasi yakni PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), yang turut memperberat IHSG sebesar 5,5 indeks poin.
Terakhir, ada saham teknologi super apps yakni PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) yang turut membebani IHSG sebesar 1,9 indeks poin.
Hingga kini, investor masih cenderung belum bersemangat untuk kembali berinvestasi di pasar saham RI, karena pasar melihat bahwa kondisi global masih belum memungkinkan untuk kembali memburu aset berisiko.
Salah satu sentimen negatif berasal dari bursa Acuan Amerika Serikat (AS), Wall Street yang ditutup lesu pada perdagangan Jumat pekan lalu.
Indeks S&P 500 ditutup ambrol 1,05%, Nasdaq Composite ambruk 1,69%, dan Dow Jones Industrial Average (DJIA) ambles 1,02%.
Pasar global kembali waspada akan kenaikan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang masih cenderung hawkish.
Para pejabat The Fed berharap untuk menaikkan suku bunga setengah poin persentase dalam pertemuan mendatang karena inflasi sulit dikendalikan dengan laju kenaikan suku bunga saat ini.
Apalagi, ekonomi AS yang kembali positif dapat membawa alasan The Fed untuk mempertahankan sikap hawkish-nya.
Namun, dengan ekonomi terbukti lebih tahan lama dalam menghadapi suku bunga yang lebih tinggi dari yang diperkirakan banyak orang, beberapa investor menjadi lebih berharap bahwa The Fed dapat menjinakkan inflasi tanpa terlalu banyak menimbulkan penderitaan ekonomi.
SUMBER : CNBC INDONESIA