Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat 0,14% di level 7.245,5 mengawali perdagangan perdana pekan ini, Senin (18/4/2022).
Hingga 09.07 WIB, IHSG terpantau masih bertengger di zona hijau dengan apresiasi 0,35% di level 7.263,65 dan asing net buy Rp 34 miliar di seluruh pasar.
Saham yang menjadi favorit asing di awal pekan dan pagi ini adalah saham PT Astra International Tbk (ASII) dan PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) yang masing-masing diborong asing senilai Rp 9,9 miliar dan Rp 5,1 miliar.
Sedangkan saham yang paling banyak dilepas asing adalah saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) dengan net sell masing-masing Rp 8,8 miliar dan Rp 1,3 miliar.
Bursa saham kawasan Asia cenderung tertekan di awal perdagangan pekan ini. Indeks Nikkei bahkan ambles 1,9% disusul oleh indeks Shanghai Composite yang melemah 0,88%.
Sementara itu indeks saham Wall Street ditutup kurang menggairahkan pekan lalu. Indeks Dow Jones tercatat melemah 0,38%, S&P 500 drop 2,39% sedangkan Nasdaq Composite ambles 3,93% di sepanjang minggu lalu.
IHSG sukses membukukan apresiasi 1,52% di sepanjang pekan. Inflow dana asing juga masih mengalir deras yang tercermin dari nilai net buy di seluruh pasar yang mencapai Rp 5,29 triliun.
Untuk pekan ini, sentimen di pasar masih akan seputar rilis earnings dari emiten-emiten saham di AS untuk kuartal I-2022.
Namun pelaku pasar masih melihat bahwa sentimen pengetatan kebijakan moneter yang dilakukan oleh the Fed masih akan dominan dan membuat pasar terus bergerak volatil.
Apabila yield obligasi pemerintah AS terus mengalami kenaikan, maka harga aset-aset keuangan berisiko seperti saham akan cenderung tertekan.
Dari dalam negeri, hari ini investor mencermati rilis data perdagangan internasional untuk bulan Maret. Konsensus pasar yang dihimpun Trading Economics memperkirakan ekspor Indonesia bulan lalu naik 28,83% year on year (yoy) dan impor naik 18,3% yoy yang membuat surplus neraca dagang sebesar US$ 2,89 miliar.
Memang perkiraan pasar cenderung lebih rendah dari bulan sebelumnya. Namun adanya surplus neraca dagang yang besar bisa menjadi katalis positif untuk aset keuangan dalam negeri seperti rupiah dan saham.
SUMBER : TIM RISET CNBC INDONESIA