Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terpantau cenderung melemah pada awal perdagangan sesi I Senin (15/7/2024), setelah hampir tiga minggu mencetak penguatan.
Pada pembukaan perdagangan hari ini, IHSG dibuka menguat 0,1% ke posisi 7.335,27. Selang 19 setelah dibuka, IHSG cenderung berbalik arah menjadi turun tipis 0,06% ke 7.323,24.
Nilai transaksi IHSG pada awal sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 1,1 triliun dengan volume transaksi mencapai 2,3 miliar lembar saham dan ditransaksikan sebanyak 137.559 kali.
IHSG cenderung melemah setelah beberapa hari terakhir mencetak penguatan. Dalam tiga minggu terakhir, IHSG hanya mencetak koreksi selama tiga kali, sisanya menguat. IHSG pun berhasil menyentuh kembali level psikologis 7.300 hanya dalam tiga minggu saja.
Penguatan IHSG yang sudah cukup kencang hingga tiga minggu terakhir pun mematik aksi profit taking investor yang cenderung kembali terjadi pada hari ini.
Di lain sisi, gejolak di Amerika Serikat (AS) juga cenderung mempengaruhi pasar saham di dalam negeri.
Sebelumnya pada Sabtu lalu, mantan sekaligus calon Presiden AS, Donald Trump terluka setelah penembakan di kampanyenya di Pennsylvania. Penembakan ini memperpanjang daftar kelam upaya pembunuhan terhadap presiden ataupun mantan presiden AS.
DilaporkanCNN,Trump langsung dievakuasi oleh tim pengamanannya ke mobil SUV dan dibawa pergi. Setelah suara ledakan terdengar, Trump dikatakan sempat terjatuh ke tanah. Dia kemudian dihadang kembali oleh petugas keamanan dan wajahnya berlumuran darah.
Trump lantas balas berteriak ke arah massa sambil dibawa pergi oleh petugas keamanan. Dia bahkan sempat mengepalkan tangan ke arah massa. Sejauh ini, Secret Service AS menyatakan Trump dalam kondisi aman.
Upaya pembunuhan terhadap presiden ataupun mantan presiden AS sudah lama menjadi catatan hitam negara berusia 248 tahun tersebut.
Insiden ini pun tentunya membuat pasar cenderung khawatir sementara dan juga menyebabkan pasar saham global cenderung sedikit bergejolak.
Di lain sisi, investor di dalam negeri juga cenderung wait and see menanti rilis data ekonomi dan agenda penting pada minggu ini, seperti data neraca perdagangan yang akan dirilis pada hari ini dan keputusan suku bunga Bank Indonesia (BI) pada Rabu mendatang.
Siang ini, akan rilis data neraca dagang periode Juni 2024. Surplus neraca perdagangan diproyeksi melandai pada Juni 2024 karena lonjakan impor.
Konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari sembilan lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Juni 2024 akan mencapai US$ 2,88 miliar.
Surplus tersebut turun tipis dibandingkan Mei 2024 yang mencapai US$ 2,93 miliar. Jika neraca perdagangan kembali mencetak surplus maka Indonesia sudah membukukan surplus selama 50 bulan beruntun.
Konsensus juga menunjukkan bahwa ekspor akan tumbuh 5,95% (year on year/yoy) sementara impor melonjak 9,84% (yoy) pada Juni 2024.
Sebagai catatan, nilai ekspor Indonesia pada Mei 2024 mencapai US$22,33 miliar atau naik 13,82% dibanding ekspor April 2024. Dibanding Mei 2023 nilai ekspor naik sebesar 2,86%
Sementara pada Selasa hingga Rabu mendatang, ada agenda bulanan penting dari BI yakni Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung dalam dua hari (16- 17 Juli 2024) dan akan diumumkan hasilnya pada Rabu sore hari.
Menarik untuk dicermati bagaimana pandangan BI terkait kondisi ekonomi terkini, terutama tentang rupiah yang sempat melemah menembus level terpuruk sejak Pandemi Covid-19 dan kini sudah mulai menguat lagi, serta kebijakan suku bunga acuan.
SUMBER : CNBC INDONESIA