Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka cenderung melemah pada perdagangan sesi I Jumat (13/12/2024), meski bursa global terpantau cerah setelah dirilisnya data inflasi Amerika Serikat (AS) periode November 2024.
Pada pembukaan perdagangan hari ini, IHSG dibuka turun tipis 0,03% ke posisi 7.392,27. Selang lima menit setelah sesi I dibuka, koreksi IHSG sedikit meningkat yakni turun tipis 0,07% ke 7.388,82. IHSG pun berada di level psikologis 7.300.
Nilai transaksi indeks pada awal sesi I hari ini sudah mencapai sekitar Rp 785 miliar dengan volume transaksi mencapai 1 miliar lembar saham dan sudah ditransaksikan sebanyak 72.472 kali.
Pergerakan pasar saham RI pada perdagangan hari ini akan dipengaruhi oleh sentimen dari AS, yakni terkait data inflasi produsennya yang lebih panas dari ekspektasi pasar.
Laporan dari Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan bahwa Indeks Harga Produsen (IHP) Negeri Paman Sam pada November lalu justru lebih panas dari Indeks Harga Saham (IHK) dan lebih tinggi dari prediksi pasar sebelumnya.
IHP AS pada bulan lalu tercatat tumbuh mencapai 3% secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih tinggi dari Oktober lalu yang tumbuh 2,6%. Angka ini juga lebih tinggi dari ekspektasi pasar sebesar 2,6%.
Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), IHP Negeri Paman Sam bulan lalu tumbuh mencapai 0,4%, lebih tinggi dari Oktober lalu sebesar 0,3% dan juga lebih tinggi dari perkiraan pasar sebesar 0,2%.
Pertumbuhan IHP AS sangat kontras dengan IHK AS yang dirilis Rabu lalu, di mana data IHK terbaru sudah sesuai dengan pasar.
Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada bulan lalu tumbuh 2,7% (yoy), dari sebelumnya pada Oktober lalu yang tumbuh 2,6%.
Sedangkan secara bulanan, IHK AS pada November lalu tumbuh 0,3%, dari sebelumnya pada Oktober lalu yang tumbuh 0,2%.
Data IHK AS pada bulan lalu, baik secara tahunan dan bulanan sudah sesuai dengan ekspektasi pasar sebelumnya. Konsensus pasar Trading Economics sebelumnya memperkirakan IHK AS pada November tumbuh 2,7% (yoy) dan 0,3% (mtm).
Dengan beragamnya data inflasi AS, maka saat ini pasar cenderung bimbang dengan prediksi sikap bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) dan sedikit khawatir jika pemangkasan suku bunga tidak terjadi pada pekan depan.
Namun, prediksi pasar akan pemangkasan suku bunga The Fed memang masih tinggi. Berdasarkan perangkat CME FedWatch, probabilitas pasar yang memperkirakan pemangkasan suku bunga lebih lanjut oleh The Fed pada pertemuan pekan depan nyaris mencapai 94,7%, turun dari perdagangan Rabu kemarin yang mencapai 98,6%.
Meski begitu, mereka mengindikasikan ekspektasi adanya jeda atau potensi ditahannya suku bunga pada Januari 2025, setelah beberapa pejabat The Fed minggu lalu mendesak kehati-hatian atas laju pelonggaran kebijakan moneter karena ekonomi tetap tangguh.
SUMBER : CNBC INDONESIA