CAPITAL CORP. SYDNEY

73 Ocean Street, New South Wales 2000, SYDNEY

Contact Person: Callum S Ansell
E: callum.aus@capital.com
P: (02) 8252 5319

WILD KEY CAPITAL

22 Guild Street, NW8 2UP,
LONDON

Contact Person: Matilda O Dunn
E: matilda.uk@capital.com
P: 070 8652 7276

LECHMERE CAPITAL

Genslerstraße 9, Berlin Schöneberg 10829, BERLIN

Contact Person: Thorsten S Kohl
E: thorsten.bl@capital.com
P: 030 62 91 92

Analisis Penyebab IHSG Ambruk Hingga 3% Lebih

Uncategorized
Ilustrasi Bursa (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Dibuka melemah signifikan, melanjutkan aksi koreksi dalam yang juga terjadi pada perdagangan hari sebelumnya.

Pada perdagangan Jumat (7/2/2025), IHSG dibuka langsung ambruk 2% lebih dan sempat turun lebih dalam hingga terkoreksi 3,18% ke 6.656,72. Total transaksi tercatat mencapai Rp 2,73 triliun yang melibatkan 29 miliar saham dan ditransaksikan 227 ribu kali.

Ambruknya IHSG masih didorong oleh tingginya aksi jual asing pada sejumlah emiten blue chip RI, termasuk emiten perbankan. Meski demikian, pelemahan terbesar IHSG hari ini paling utama karena ambruknya kinerja saham-saham milik taipan Prajogo Pangestu.

Tercatat, seluruh sektor perdagangan bursa bergerak di zona merah.

Saham milik taipan terkaya RI Prajogo Pangestu, Barito Renewables (BREN), terpantau ambruk 19,94% dan sudah menyentuh ARB di awal sesi I hari ini ke posisi Rp 7.025/unit. 

Tak tanggung-tanggung, saham BREN juga membebani Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada awal sesi I hari ini, yakni mencapai 66,4 indeks poin atau menjadi biang kerok lebih dari 1% pelemahan IHSG.

Kemudian ada emiten Prajogo lain yakni Chandra Asri Pacific (TPIA) yang membebani 20 poin indeks atau berkontribusi atas 0,3% pelemahan IHSG.

Tiga emiten Prajogo lainnya yakni Barito Pacific (BRPT), Petrosea (PTRO) dan Petrindo Jaya Kreasi (CUAN) juga masuk dalam 10 saham pemberat kinerja IHSG dengan masing-masing berkontribusi atas penurunan 12, 5 dan 4 indeks poin.

Kilau Saham Prajogo Redup

Ambruknya saham BREN terjadi adanya kabar bahwa Morgan Stanley Capital International tidak akan memasukan tiga emiten konglomerasi Prajogo Pangestu ke dalam indeks MSCI Investable Market pada review Februari 2025.

Adapun salah satunya yakni BREN. Selain BREN, ada PT Petrosea Tbk (PTRO) dan PT Petrindo Jaya Kreasi Tbk (CUAN.

Hal ini karena setelah analisis dan masukan, ditemukan kendala investibility di ketiga saham tersebut. MSCI akan meninjau kembali kelayakan saham-saham tersebut sebagai bagian dari tinjauan indeks di masa mendatang dan akan memberikan komunikasi lebih lanjut sesuai kebutuhan.

Sebelumnya, rebalancing atau kocok ulang indeks MSCI akan diumumkan pada 12 Februari mendatang. Rumor beredar akan ada tiga saham konglomerat masuk, di mana salah satunya yakni BREN.

Indeks MSCI kerap menjadi acuan investor asing untuk investasi di negara-negara tertentu, termasuk emerging market seperti Indonesia.

Dalam setahun, mereka melakukan kocok ulang ini empat kali, yakni pada bulan Februari, Mei, Agustus, dan November.

Kabar pasar saat ini tengah ramai diperbincangkan soal tiga saham konglomerat yang akan masuk jadi jajaran konstituen MSCI Indonesia Large-Cap.

Sebenarnya, rumor tiga saham itu masuk MSCI sudah dari lama. Apalagi, untuk BREN ini menjadi yang kedua kalinya karena sebelumnya gagal masuk ke indeks FTSE gara-gara dinilai tidak memenuhi syarat free float.

Hal ini lantaran BREN tidak masuk karena dinilai tidak memenuhi syarat free float minimal 5%.

Waktu itu, FTSE menilai 97% jumlah saham beredar BREN masih terkonsentrasi pada empat pemegang saham. Namun, hal tersebut akhirnya disanggah oleh pihak manajemen BREN dan meminta pihak FTSE Russell untuk mencabut pernyataan tersebut dan mengeluarkan klarifikasi.

Asing Masih Ogah Tanam Dana

Selanjutnya pelemahan IHSG juga diperparah oleh kaburnya dana asing dari pasar modal RI. Tercatat asing kembali mencatatkan aksi jual (net sell) hingga Rp 2,3 triliun pada perdagangan kemarin.

Aksi jual di pasar modal terjadi seiring dengan laporan kinerja keuangan perbankan yang kurang optimal dengan pertumbuhan laba sangat tipis dan diiringi dengan biaya dana yang semakin membengkak imbas persaingan likuiditas selama pengetatan kondisi moneter.

Sejumlah analis menunjuk, kinerja perbankan yang tidak sesuai harapan juga diperparah dengan nilai tukar yang diperkirakan masih belum akan membaik dalam waktu dekat, sehingga potensi keuntungan bagi investor asing semakin terpangkas. Terlebih lagi, kenaikan saham juga diprediksi oleh banyak akan akan cukup terbatas untuk tahun ini.

kemarin, investor asing tercatat melakukan penjualan bersih jumbo sebesar Rp2,34 triliun di seluruh pasar dan sebesar Rp2,38 triliun di pasar reguler. Sedangkan di pasar negosiasi, asing melakukan pembelian bersih sebesar Rp40 miliar.

Adapun saham-saham apa saja yang paling ramai dilego asing  kemarin adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) sebesar Rp1,39 triliun dan saham PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) sebesar Rp490,72 miliar.

SUMBER : CNBC Indonesia